BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bakteriologi
merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri. Bakteriologi
dapat dikatakan juga sebagai biologi bakteri. Di dalamnya dipelajari struktur
anatomi sel bakteri, klasifikasi, cara kerja sel bakteri, interaksi antarsel
bakteri, dan juga tanggapan bakteri terhadap perubahan pada lingkungan
hidupnya. Bakteriologi merupakan satu bagian penting dalam mikrobiologi.(Gayton.2007)
Bakteri
berasal dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria),
adalah kelompok terbanyak dari organisme hidup. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita
sering kali berinteraksi dengan bakteri. Bakteri pertama kali ditemukan oleh Anthony van
Leeuwenhoek pada 1674
dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri.
Bakteri
memiliki nilai ekonomi penting dalam kehidupan manusia dan demikian pula
bakteriologi. Pengetahuan dalam cabang ilmu ini bermanfaat dalam pengobatan,
higiene, ilmu pangan dan gizi, pertanian, dan industri (terutama industri
fermentasi).(Harijanto.2007)
Dalam
pengisolasian bakteri ada beberapa macam cara yaitu; cara pengenceran, cara
penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1
sel, dan cara inokulasi pada hewan.(Karsinah,dkk.1994)
Pengecatan
bakteri sudah dilakukan sejak permulaan berkembangnya mikrobiologi
dipertengahan abad ke-19 oleh Louis Pasteur dan Robert Koch. Pada umumnya, ada
dua macam zat warna yang sering digunakan, yaitu sebagai berikut:
1. Zat
warna yang bersifat asam; komponen warnanya adalah anion, biasanya dalam bentuk
garam natrium.
2. Zat
warna yang bersifat alkalis; dengan komponen warna kation, biasanya dalam
bentuk klorida.(Nelwan.2007)
Setelah dilakukan
pengecatan maka di dalam tubuh bakteri akan terjadi proses pertukaran ion-ion
zat warna dengan ion-ion protoplasma (misalnya asam nukleat) bakteri. Pada
umumnya, larutan-larutan zat warna yang digunakan adalah larutan encer, jarang
lebih dari 1 %. Larutan encer yang dibiarkan berkontak agak lama dengan bakteri
bekerja lebih baik dari larutan pekat dengan waktu yang singkat. Namun ada
pewarnaan yang sering dilakukan untuk identifikasi bakteri. Pewarnaan itu
disebut, pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan pewarnaan differensial yang
sangat berguna. Karena Selain untuk melihat bentuk, pewarnaan ini juga
bertujuan untuk mengetahui sifat dari bakteri. Sehingga dengan pewarnaan ini,
maka dapat dibedakan antara bakteri Gram Positif dengan bakteri Gram
negative.(Nelwan.2007)
B.
Batasan
Masalah
Dalam laporan ini, penulis hanya
membatasi pada tujuan dilakukannya identifikasi. Selain dari tujuan tidak akan dibahas dalam laporan ini.
C.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
klasifikasi dari Blood
Culture ?
2. Apa saja bakteri yang dicari pada media Blood Culture
?
3. Bagaimana
morfologi dari pemeriksaan Blood Culture
?
4. Penyakit
apa yang dicari pada pemeriksaan Blood Culture ?
D.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui klasifikasi dari Blood
Culture
2. Untuk
mengetahui bakteri pada media Blood Culture
3.
Untuk mengetahui morfologi dari pemeriksaan Blood Culture
4. Untuk
mengetahui penyakit yang dicari pada
pemeriksaan Blood Culture
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kajian
Teori
a.
Kultur
Darah
Kultur darah adalah tes untuk mendeteksi
kuman seperti bakteri atau jamur dalam darah. Kebanyakan kultur darah untuk memeriksa
bakteri yang ada di dalamnya. Ketika seseorang memiliki gejala infeksi seperti demam
tinggi atau menggigil dan dokter mencurigai kuman telah menyebar ke dalam darah,
maka dengan kultur darah dapat menentukan jenis kuman yang menyebabkan infeksi.
Untuk melakukan kultur darah, dokter akan mengambil sampel darah dan mengirimkannya
ke laboratorium untuk dilakukan pengujian. Hasilnya baru dapat diketahui dalam beberapa
hari. Jika seorang anak sakit parah, dokter mungkin akan memulai perawatan sebelum
mendapatkan hasil lengkap kultur darah, pengobatan dilakukan berdasarkan penyebab
infeksi yang paling mungkin. Pengobatan ini pun dapat diubah menjadi pengobatan
untuk mikroba yang sesuai dengan yang ditemukan pada kultur dan sensitivitas antibiotik
dari bakteri atau jamur telah ditentukan (Alfa, 2013).
b.
Bakteremia
dan Septikemia
Bakteremia dan septikemia adalah
infeksi sistemik yang terjadi akibat penyebaran bakteri atau produknya dari
suatu fokus infeksi ke dalam peredaran darah. Septikemia adalah adanya bakteri
dalam darah. Hal ini umumnya dikenal sebagai keracunan darah atau bakteremia.
Istilah lain untuk septikemia adalah Blood poisoning. Septikemia ini adalah
merupakan infeksi akut yang disebabkan
oleh adanya mikroorganisme tertentu dan produk beracun dalam aliran darah.
Septikemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa, dan
cepat memburuk (Dewi, 2013).
Septikemia ini paling sering disebabkan oleh luka dan
luka yang terinfeksi. Ini termasuk luka bedah, luka bakar, keguguran, luka
diabetes dan cedera internal atau perdarahan akibat kecelakaan. Hal ini juga dapat timbul dari infeksi dalam tubuh termasuk infeksi di
paru-paru, perut dan saluran kemih. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan septikemia :
1. luka dan luka yang terinfeksi
Yang termasuk luka yang terinfeksi adalah luka yang muncul atau disebabkan
selama prosedur pembedahan untuk penanganan jaringan yang terinfeksi. Selain
itu hal ini bisa terjadi karena prosedur diagnostik invasif, infus, kateter
urin. Bisa juga disebabkan karena luka
bakar terutama tingkat ketiga, Semakin besar luka bakar, semakin besar risiko
infeksi.
2. Cedera internal
Ini termasuk luka perut, pecah usus, penyakit kandung empedu dan pecahnya
usus buntu atau limpa. Pada wanita, keguguran juga bisa mengakibatkan
septikemia.
3. Kondisi Kedokteran
Orang dengan
diabetes berada pada risiko yang lebih tinggi karena mereka tidak memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan dari luka.. selain diabetes yang berisiko tinggi
terkena septicemia adalah termasuk pasien dengan luka bakar, gangguan kronis
jantung, hati atau ginjal, malnutrisi dan berlebihan / menggunakan antibiotik
jangka panjang.
Septikemia adalah infeksi serius yang mengancam jiwa yang memburuk dengan
cepat. Tanda-tanda dan gejala adalah sebagai berikut:
1. Demam tinggi
(suhu39-400 ºC) disertai menggigil
2. K.U memburuk
dengan cepat
3. Nafas cepat
4. Denyut jantung meningkat.
5. Bila tejadi septikemia pada masa nifas, bila tidak diatasi dengan cepat dan
baik maka dapat menyebabkan kematian pada 6-7 hari post partum (Alfa,
2013).
c.
Kultur
Darah
Kultur darah adalah tes untuk mendeteksi
kuman seperti bakteri atau jamur dalam darah. Kebanyakan kultur darah untuk memeriksa
bakteri yang ada di dalamnya. Ketika seseorang memiliki gejala infeksi seperti demam
tinggi atau menggigil dan dokter mencurigai kuman telah menyebar ke dalam darah,
maka dengan kultur darah dapat menentukan jenis kuman yang menyebabkan infeksi.
Untuk melakukan kultur darah, dokter akan mengambil sampel darah dan mengirimkannya
ke laboratorium untuk dilakukan pengujian. Hasilnya baru dapat diketahui dalam beberapa
hari. Jika seorang anak sakit parah, dokter mungkin akan memulai perawatan sebelum
mendapatkan hasil lengkap kultur darah, pengobatan dilakukan berdasarkan penyebab
infeksi yang paling mungkin. Pengobatan ini pun dapat diubah menjadi pengobatan
untuk mikroba yang sesuai dengan yang ditemukan pada kultur dan sensitivitas antibiotik
dari bakteri atau jamur telah ditentukan (Alfa, 2013).
d. Pengambilan
darah
1. Waktu pengambilan darah
Sedapat mungkin, pengambilan darah dilakukan sebelum
antibiotik diberikan.Waktu terbaik adalah pada saat pasien diperkirakan
menggigil atau suhunya naik. Disarankan pengambilan dua atau lebih baik tiga
biakan darah dengan selang waktu kira-kira 1 jam (atau kurang jika pengobatan
tidak bias ditunda). Jarang diindikasikan lebih dari tiga biakan darah. Keuntungan biakan berulang adalah:
a.
Mengurangi kemungkinan terlewatnya suatu
bakteremia transient.
b.
Peran isolat “saprofit” ( misalnya,
Staphylococcus epidermidis) sebagai patogen dapat dipastikan bila
organisme tersebut didapatkan dari beberapa kali pengambilan darah vena.
Spesimen darah untuk biakan harus diambil sebelum
memulai terapi antimikroba empiris. Jika perlu, pemilihan antimikroba dapat
disesuaikan setelah hasil uji kepekaan didapatkan.
2.
Jumlah
darah
Oleh karena jumlah bakteri per mililiter darah
biasanya rendah, jumlah darah yang diambil harus cukup banyak:
a.
10 ml tiap pungsi vena untuk orang dewasa
b.
2-5 ml mungkin mencukupi untuk anak, yang
biasanya mempunyai tingkat bakteremia yang lebih tinggi
c.
Untuk bayi dan neonatus, 1-2 m1 seringkali
merupakan volume maksimal yang bisa diperoleh.
Untuk tiap pungsi vena harus digunakan dua tabung: tabung pertama adalah tabung
berventilasi untuk isolasi optimal mikroorganisme obligat aerob, tabung kedua yang kedap udara untuk
biakan anaerob (Vandepitte,2010).
d. Klasifikasi
a. Klasifikasi Pseudomona Spp
Kingdom :
Bacteria
Filum : Proteobacteria
Ordo :
Pseudomonadales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : - Pseodomonas
aerogenosa
- Pseudomonas mallei
- Psedomonas cepacia
- Psedomonas coccovenenas
- Psedomonas
psedomalellei
- Psedomonas flouresecens
b.
Klasifikasi
Staphylococcus
Kerajaan :
Bacteria
Filum
: Firmicutes
Kelas :
Cocci
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Stapthylococcus
Spesies : Staphylococcus
aureus
Staphylococcus citerus
Staphylococcus albus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus saprophyticus
Morfologi
a. Morfologi Pseudomonas
·
Batang pendek gram negative, pleomorph
·
Tidk berspora dan idak
berselubung
·
Di media bouillon
tumbuh keruh dan membentuk langit-langit
b.
Morfologi
Staphylococcus
Bentuk: bulat, ukuran 1 mikron. Tidak membentuk spora.
Tidak mempunyai flagela. Letak sel satu sama lain yang karakteristik
bergerombol seperti buah anggur.bersifat gram +
Koloni micrococci tumbuh cepat pada media agar pada
suhu normal (370), dan biasanya bergaris tengah 1-2 mm setelah
inkubasi 24 jam. Koloni tadi halus, basah, menonjol dengan tepi bulat dan
berwarna, yaitu pada varietas albus berwarna putih, varietas citreus berwarna
kuning jernih dan varietas aureus berwarna kuning emas.
Bahan pemeriksaannya dapat berupa:
1.
Nanah
2.
Darah
3.
Cairan otak
4.
Usapan luka
BAB
III
METODOLOGI
A.
Tempat
Praktikum :
Laboratorium Media dan Bakteriologi
B. Waktu Praktikum : 08 April
2015
C. Alat & Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk
pemeriksaan Blood Culture yaitu
: ose bulat, ose jarum, rak tabung, korek api, lampu spirtus.
Berikut ini adalah bahan yang digunakan
pada pemeriksaan Blood Culture
yaitu : darah anti koagulan, media TSB, media BAP, media MCA, biokimia reaksi.
D.
Prosedur
& Skema Kerja
Ø Prosedur
:
1. Hari
Pertama
-
Darah
anti koagulan sebanyak 7-10 ml 1/2 volume di tanam pada media TSB(Trypticase Soy
Broth) / HIB (Heart Infussion Broth) untuk diinkubasi secara aerob dan 1/2 volume di tanam pada media Thiogly cholate
Broth untuk diinkubasi secara anaerob.

2. Hari
Kedua
-
Melakukan
pengecetan dari hasil pertumbuhan media TSB (Trypticase Soy Broth)

-
Jika
tidak ada pertumbuhan , inkubasi 37˚C 24 jam dalam suasana aerob jika ada pertumbuhan.
·
Coccus
gram positif

-
Tanam pada media
BAP di inkubasi 37˚C 24 jam suasana aerob. Selanjutnya seperti pada
identifikasi kuman coccus gram positif.
·
Coccus gram
negative
-
Tanam
pada media BAP di inkubasi 37˚C 24 jam. Satu media pada suasana aerob dan
satunya pada suasana fakultatif anaerob / CO2 5-10%.

·
Batang gram
positif


Bila ukurannya kecil
Maka ditanam pada media Thyoglicolate, cooked meat,
media inkubasi 37˚C 24 jam dalam suasana aerob (curiga kuman gas gangrene)
·
Batang gram
negative
Ditanam pada media diferensial (Mac Conkey ) dan media
selektif (SS agar) inkubasi 37˚C 24 jam dalam suasana aerob (curiga kuman
enterobaktericeae) selanjutnya seperti identifikasi kuman golongan enterobaktericeae.
3.
Hari Ketiga



-
Pada BAP
perhatikan sifat koloni , bentuk koloni dan hemolisa, lakukan pengecatan gram
dan penanaman pada media CAP dan CAS di inkubasi 37˚C 24 jam suasana (CO2 10
% )
-
Batang gram
positif
Kuman ukuran besar lakukan evaluasi pada BAP sifat
bentuk koloni dan hemolisa. Lakukan pemgecetan gram can scafer fulton, dari
media semisolid dilihat pergerakan dan dari media penelitian dilihat adanya bentukan
seperti rangkaian mutiara. Kemudian dilakukan penanaman pada media NAS di
inkubasi 37˚C 24 jam dalam suasana aerob.

-
Lakukan evaluasi
pada media BAP, sifat, bentuk koloni, dan sifat hemolisa, lakukan pengecatan
scafer fultondan gram Dari media cooked meat dan thyoglicolate dilakukan
evaluasi , dilihat pertumbuhan yang terjadi kemudian BAP dilakukan penanaman
pada media NAS di inkubasi 37˚C 24 jam dalam suasana aerob.
4.
Hari Keempat



Kuman
ukuran besar dari NAS dilakukan penanaman pada gula-gula maltosa , manosa dan
sakarose inkubasi 37˚C 24 jam dalam suasana aerob.
5.
Hari Kelima

-
Mengevaluasi
hasil penanaman pada media gula-gula dari hasil test yang dilakukan dapat
diambil kesimpulan spesies kuman Neiseria yang diketemukan.
Batang gram positif
-
Kuman ukuran
besar : mengevaluasi hasil penanaman pada media gula-gula , kemudian dari hasil
tes-tes yang dilakukan diambil kesimpulan , dicurigai adanya kuman golongan
Clostridium ditemukan.
Ø Skema
:
Darah
± 7-10 ml
![]() |
AEROB ANAEROB
![]() |
![]() |
TCBS/HIB Thioglycholate


Dipertahankan
dalam Jika tampak terjadi perubahan


![]() |
MC BAP Inkubasi dalam


2. Candle jar










KIA KIA Untuk bakteri aerob/


2. Tes koagulase





Identifikasi
Identifikasi
BAB IV
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1) ISOLASI
Bahan pemeriksaan ditanam pada media :
a. MCA
b. BAP aerob
c. BAP anaerob
Dieramkan
pada suhu 37°
C selama 24 jam.
Hasil
pembiakan :
a. Dari
media MCA 


Ukuran : Kecil
Warna : Jernih
Tepi : Mucoid
Permukaan : Cembung
Fermentasi : Laktosa
-
b. Dari
media BAP aerob
Bentuk : Bulat
Ukuran : Kecil
Warna : Putih

Permukaan : Cembung
Hemolisa : b
c. Dari media BAP
anaerob
Bentuk :
Bulat
Ukuran :
Kecil
Warna :
Putih
Tepi :Rata
Permukaan :Cembung

d. Dari media MSA
Bentuk : bulat
Ukuran :
kecil
Warna : putih
Tepi : rata
Fermentasi
manitol : -
e.
Dari media NAS

Bentuk :
bulat
Ukuran : kecil
Warna : kuning emas
Tepi : rata
Test katalase : + gelembung udara
Dari
koloni tersangka dilakukan pewarnaan : Gram
a. Dari
media MCA

Susunan :
Menyebar
Warna :
Merah
Sifat :
Gram -
b. Dari media BAP

Susunan :Bergerombol
Warna :Ungu
Sifat :Gram
+
2) UJI
BIOKIMIA REAKSI
-
Indol :
-
-
Glukosa : steril
-
Laktosa :
steril
-
Maltosa :
steril
-
Manosa :
steril
-
Sukrosa :
steril
-
VP : -
-
MR : -
-
Motil : +
-
Citrat :
+
-
Urea : -
-
KIA :
Lereng = Alkalis
Dasar = Acid
Gas = -
H2S = -
![]() |
B. Pembahasan
·
Waktu
pengambilan sampel darah :
ü Sebelum mendapat pengobatan
ü Tepat pada waktu terjadi kenaikan suhu
ü Penderita belum mendapat pengobatan
ü Pengambilan harus secara aseptic
·
Media pemupuk
aeorb yang dipakai
ü Heart Infusion Broth
ü Trypticase Soy Broth
·
Media pemupuk
anaerob yang dipakai
ü Tarotzi
ü Thioglycholate Broth
ü Cooket Meat
·
Volume darah
yang diambil
ü 10 ml :
pada orang dewasa
ü 5 ml :
pada anak-anak
ü 2 ml :
pada bayi
Bakteremia
dan septikemia adalah infeksi sistemik yang terjadi akibat penyebaran bakteri
atau produknya dari suatu fokus infeksi ke dalam peredaran darah. Septikemia
adalah adanya bakteri dalam darah.
Waktu pengambilan darah
Sedapat
mungkin, pengambilan darah dilakukan sebelum antibiotik diberikan.Waktu terbaik
adalah pada saat pasien diperkirakan menggigil atau suhunya naik. Disarankan
pengambilan dua atau lebih baik tiga biakan darah dengan selang waktu kira-kira
1 jam (atau kurang jika pengobatan tidak bias ditunda).
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, dari pemeiksaan Blood Culture
diatas didapatkan hasil adanya bakteri Pseudomonas Spp dan Staphylococcus albus
B.
SARAN
1. Sebaiknya
praktikan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sebelum melakukan pemeriksaan.
2. Pemeriksaan
dilakukan sesuai prosedur yang ada.
3. Jagalah
kebersihan.
DAFTAR PUSTAKA
Alfa, 2013. Makalah kultur darah http://alfanisadwi.blogspot.com/2013/09/LaboratoriumKlinik/analisa-mikrobiologi-darah-kultur.html
Guyton,
Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Harijanto,
Paul N. 2007. Malaria dalam Sudoyo, Aru W. et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Karsinah,
H.M, Lucky. Suharto. H.W, Mardiastuti. 1994. Batang Negatif Gram dalam Staf
Pengajar FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Nelwan,
R.H.H. 2007. Demam: Tipe dan Pendekatan dalam Sudoyo, Aru W. et.al. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Samuelson,
John. 2008. Patologi Umum Penyakit Infeksi dalam Brooks, G.F., Butel, Janet S.,
Morse, S.A. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Dwijoseputro,
Dasar - dasar Mikrobiologi,
Malang, Djambatan 1989 hal 197.
E.
Jawet, J.L.Melnik, E. A. Adelberg, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan , EGC
edisi : 14,1982, hal 325-326.
Gerard
Bonang, Enggar S, Koeswardono, Mikrobiologi Kedokteran untuk Laboratorium dan
Klinik, Jakarta : Gramedia, 1982, hal 105-109.